Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tulisan Reflektif Personal-Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 

Refleksi Kritis tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Artikel ini berisi kumpulan pendapat calon guru penggerak angkatan 4 yang disampaikan pada saat pertemuan virtual ⟮video conference⟯ antara calon guru penggerak dengan fasilitator dan instruktur. 

Pengantar

Kita telah mengetahui bersama bahwa Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, sekaligus tokoh pendidikan Indonesia. Beliau melakukan perjuangan melalui tulisan-tulisan kritik terhadap pemerintah Hindia Belanda. Karena kritiknya, beliau diasingkan ke Belanda. Namun dari Belanda beliau tetap melakukan perjuangan melalui tulisan-tulisan yang dimuat di surat kabar.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan 'tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak'. Maksud pendidikan adalah untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa ‘kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya ⟮bukan dasarnya⟯ hidup dan tumbuhnya itu.

Ki Hadjar Dewantara mengumpamakan pendidik sebagai petani. Jika petani menanam padi misalnya, ia hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman pada dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat-iradatnya padi. Misalnya ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti hanya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman yang tidak dipelihara, tetapi mengganti kodrat padi itu tetap mustahil. Demikianlah Pendidikan itu, walaupun hanya dapat ‘menuntun’, akan tetapi faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak-anak sangatlah besar.

Aliran pendidikan yang dianut oleh Ki Hadjar Dewantara dikenal dengan nama convergentie-theorie. Teori ini mengajarkan, bahwa anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu suram. Lebih lanjut menurut aliran ini, Pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan yang berisi baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan, agar jangan sampai menjadi tebal, bahkan makin suram.

Tulisan Reflektif Personal

Dalam sesi pertemuan virtual ini, diberikan empat pertanyaan oleh instruktur untuk direnungkan oleh CGP. Keempat pertanyaan tersebu adalah sebagai berikut.

  1. Pikirkan dan tuliskan satu pengalaman Anda terkait proses pembelajaran yang merefleksikan mencermian⟮mencerminkan⟯ pemikiran Ki Hadjar Dewantara ⟮KHD⟯?
  2. Bagaimana perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah saya?
  3. Mengapa Pendidikan Indonesia perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?
  4. Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba ⟮berpihak⟯ pada anak” dalam peran saya sebagai pendidik?

I Made Adi Ismaya:

Membelajarkan siswa secara merdeka, artinya tanpa paksaan dan tekanan, kebebasan dalam memilih sumber belajar dan cara belajar yang sesuai dengan anak, namun tetap memperhatikan budi pekerti anak.
Dalam konteks sosial budaya, 'menuntun' diwujudkan dalam keteladanan guru dalam proses pembelajaran, baik keteladanan sikap, karakter, dan perilaku, karena anak belajar dari apa yang mereka lihat dan rasakan. Pendidikan dilaksanakan berlandaskan ajaran Tri Hita Karana, yaitu keharmonisan dengan Tuhan, keharmonisan dengan manusia, dan keharmonisan dengan alam. Proses pendidikan dilaksanakan sesuai dengan karakteristik anak, pendidik berperan dalam mengarahkan agar memiliki budi pekerti, pengetahuan, dan keterampilan.
Pendidikan Indonesia perlu memperhatikan kodrat alam karena anak-anak tidak bisa ditinggalkan kodratnya sebagai anakyang memiliki potensi, bakat, dan kemampuan yang berbeda. Kodrat zaman harus diperhatikan dalam pendidikan karena anak hidup di zaman yang berkembang.
Pendidikan yang berhamba pada anak berarti memberikan pelayanan penuh pada anak sesuai kebutuhannya. Pendidikan juga harus berpusat pada anak, menyenangkan, sekaligus mendidik.

Ni Komang Susilawati:
Proses Pembelajaran yang merefleksikan pemikiran Ki Hadjar DewantaraSesuai dengan pemikiran KHD yang menyebutkan bahwa guru menghamba pada murid.  Dalam hal ini, sebagai guru untuk mengenali karakterisrik siswa itu sendiri, mengenal gaya belajar dan situasi sosial emosional siswa, langkah awal yang selalu saya lakukan yaitu melakukan pendekatan dengan siswa, mendekati dengan cara mengadakan komunikasi internal. dalam hal ini saya tidak menempatkan jabatan saya sebagai guru, namun lebih sebagai teman dari siswa itu sendiri, yang siap mendengarkan keinginan dan harapan siswa dari situasi pembelajaran yang akan dilaksanakan, serta memberi motivasi yang sangat berguna untuk menghapus segala ketakutan-ketakutannya dalam belajar. Contoh real yang dapat saya sajikan, yaitu pada awal pertemuan PTM  ini, saya tidak langsung memberikan siswa materi namun lebih pada kegiatan sharing satau saling bercurah pikiran, bertukar pendapat tentang bagaimana  perasaannya hadir ke sekolah, mengikuti PTM setelah hampir 2 tahun BDR, serta mendengarkan ketakutan tentang situasi pembelajaran yang akan dihadapi serta memberikan motivasi yang meyakinkan mereka akan terlaksananya pembelajaran yang menyenangkan.

LUH PUTU DIAN LESTARIYANI:
Pengalaman yang pernah saya lakukan terkait proses pembelajaran untuk merepleksikan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah saya membimbing peserta didik untuk lebih mengenal diri mereka secara lebih dalam terkait dengan gaya belajar, bakat minat dengan melakukan kebebasan dalam pengumpulan tugas matematika disesuaikan dengan gaya belajar dan bakat. Setelah mereka memahami siapa diri mereka lengkap dengan kelebihan dan kekurangan akan lebih memudahkan saya sebagai guru akan dengan mudah menuntun dan konsep menghamba pada siswa saya mulai memiliki rasa hormat dan memuliakan anak,menjadikan anak sebagai teman,menciptakan pembelajaran menyenangkan dengan media belajar permainan,sehingga anak senang pembelajaran mudah diterima
Perwujudan menuntun yang saya lihat terkait dengan konteks sosial budaya di daerah saya adalah terjadinya pertukaran kebudayaan antar satu tempat dengan lainnya. Pertukaran kebudayaan ini bukan berarti merubah atau menghilangkan kebudaayan tersebut namun hal ini akan semakin menguatkan jati diri bangsa.jadi biasanya kita mengambil kegiatan pentas pelajar spiga di bulan juni,di akhir semester ganjil.
Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman karena kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dalam diri anak. Seorang anak akan lahir dari kodrat alam ⟮potensi, bakat, kemampuan⟯ yang berbeda-beda satu sama lain sehingga sebagai seorang guru kita diharapkan mampu membantu, memotivasi mereka agar bisa tumbuh maksimal sesuai jenjang usia mereka. Sedangkan kodrat zaman lebih kepada bagaimana seorang guru mampu membimbing anak memasuki abad 21, untuk itu seorang pendidik wajib menguasai teknologi dan mengikuti perkembangan jaman
Relevansi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa seorang pendidik itu harus menghamba pada anak maksudnya seorang guru harus memiliki rasa hormat, memuliakan anak sehingga jika tumbuh perasaan tersebut maka tanpa disadari dalam diri anak akan tumbuh rasa senang, bahagia. Kondisi ini akan bisa memudahkan mereka untuk menyerap ilmu pengetahuan sehingga akan membawa hasil yang memuaskan.

I KOMANG METRAYANA:
Pengalaman proses pembelajaran terkait pemikiran Ki hadjar Dewantara yakni menjadi contoh yang baik di depan peserta didik, berperilaku yang santun, berbicara yang sopan dan mengajarkan etika senyum, salam dan sapa kepada peserta didik kita di sekolah.
Perwujudan menuntun yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah saya adalah adanya pendampingan kepada anak-anak ketika akan ke sekolah atau keluar rumah diajarkan untuk selalu berpamitan dengan orang tua serta mencium tangan kedua orang tua.
Pendidikan di Indonesia perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman harus diseimbangkan karena tiap anak ketika telah lahir membawa kodrat nya masing-masing namun dalam menyelenggarakan pendidikannya menjadi manusia yang utuh dan bisa bergabung ke dalam masyarakat disesuaikan dengan kodrat zaman, karena hal ini didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang.
Relevansi pemikiran KHD "pendidikan yang berhamba/berpihak pada anak yakni pendidikan harusnya berpusat pada peserta didik yakni peserta didik bukan dilihat sebagai objek namun dijadikan sebagai subjek. Berikan mereka kesempatan dan fasilitas mereka dalam mencapai tujuan pembelajarannya.

Ni Kadek Dwiyana Astriani:
Pengalaman saya terkait proses pembelajaran yang merefleksikan/mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah pembelajaran berpusat pada siswa, memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pengalamannya sendiri sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif, dan selalu ditantang untuk berpikir kritis. Saya berusaha menuntun siswa,  memberikan teladan atau contoh  dengan tindakan yang baik sehingga terbentuk siswa berkarakter dan berbudi pekerti yang baik, memberikan dorongan dan arahan.agar siswa dapat mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki peserta didik.
Perwujudan menuntun yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah saya adalah dengan penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman karena kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dalam diri anak. Seorang anak akan lahir dari kodrat alam ⟮potensi, bakat, kemampuan⟯ yang berbeda-beda satu sama lain sehingga sebagai seorang guru kita diharapkan mampu membantu, memotivasi mereka agar bisa tumbuh maksimal sesuai jenjang usia mereka. Sedangkan kodrat zaman lebih kepada bagaimana seorang guru mampu membimbing anak memasuki abad 21, untuk itu seorang pendidik harus melek tehnologi serta memiliki keterampilan abad 21 dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Relevansi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa seorang pendidik itu harus menghamba pada anak maksudnya seorang guru harus memiliki rasa hormat, memuliakan anak sehingga jika tumbuh perasaan tersebut, maka tanpa disadari dalam diri anak akan tumbuh rasa senang, bahagia. Kondisi ini akan bisa memudahkan siswa untuk menyerap ilmu pengetahuan yang guru berikan sehingga akan membawa hasil yang memuaskan.
Peran saya sebagai seorang pendidik adalah menuntun siswa,  memberikan teladan atau contoh  dengan Tindakan yang baik sehingga terbentuk siswa berkarakter dan berbudi pekerti yang baik, memberikan dorongan dan arahan.agar siswa dapat mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki peserta didik, serta melakukan pembelajaran berpusat pada siswa, memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pengalamannya sendiri sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif, dan selalu ditantang untuk berpikir kritis.

IGA Mahariyani:
Pengalaman saya terkait proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD salah satunya adalah memerdekakan siswa dalam belajar. Siswa diberikan kebebasan dalam menggali pengetahuannya, menuangkan ide-idenya, melaporkan hasil pembelajarannya dalam bentuk yang siswa inginkan ⟮Materi Penyajian Data_Statistika⟯.
Perwujudan menuntun yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah saya adalah menjadi panutan bagi peserta didik dalam bersikap dan berperilaku, misalnya saja membiasakan anak untuk memulai dan mengakhiri kegiatan apapun dengan doa, sopan santun dalam bersikap, menerapkan 3S ⟮senyum, salam, sapa⟯ dalam keseharian, menghargai teman, serta mencintai lingkungan sekitar.
Pendidikan di Indonesia perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman karena seorang anak terlahir dengan membawa kodratnya sendiri-sendiri, sehingga tugas seorang guru adalah menuntun dan menggali potensi anak agar berkembang secara optimal selaras dengan budi pakerti yang luhur dengan tetap memperhatikan kodrat zaman dimana anak tersebut tumbuh di era millenial ini tetapi tidak meninggalkan akar budayanya.
Relevansi pemikiran KHD dalam peran saya sebagai pendidik adalah dengan tulus iklas melayani siswa dalam proses pembelajarannya namun tetap dalam batasannya. Peserta didik bukanlah objek yang bisa kita perlakukan sesuai dengan keinginan kita, namun siswa sebagai subjek.

I Putu Putra Parmadi:
Adapun pengalaman saya dalam menerapkan pembelajaran yang mencerminkan ki hajar dewantara ketika saya mengajar terutama saya sebagai guru Penjasorkes tentu menjadi guru yang patut di teladani sesuai dengan salah satu semboyan dari KHD yaitu Ing Ngaso sung tolodho, dimana seorang guru hendaknya menjadi panutan terutama bagaimana guru menunjukkan pola hidup yang sehat sesuai dengan pelajaran yang diampu.
Dalam hal menuntun sesuai dengan falsah orang tua di Bali mengajarkan untuk menjaga keharmonisan yang di kenal dengan Tri hita Karana bagaimana sebagai manusia harus menyesuaikan keharmonisan kepada sesama, kepada alam atau lingkungan serta kepada Sang Pencipta.
Pendidikan di indonesia mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman anak karena anak mempunyai bakat dan potensisnya masing-masing  terlebih adalah menyesuaikan dengan situasi zaman dimana anak itu tumbuh maka kita sebagai guru tentunya diharapkan mampu mengarahkan serta menjadi penuntun dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anak tersebut.
Pemikiran ki hajar dewantara menekankan pada kemerdekaan siswa dalam belajar, pendidikan yang berpusat pada siswa dimana siswa bertumbuh sesuai dengan bakat dan potensinya masing-masing.

Demikian beberapa pendapat CGP Angkatan 4 tentang Pemikian Ki Hadjar Dewantara.

Paparan dan Penguatan Instruktur

Berdasarkan paparan dan penguatan dari instruktur dan fasilitator, diperoleh simpulan sebagai berikut.

Dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu 'menuntun' dilakukan dengan tiga prinsip, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, guna mencapai tujuan 'selamat dan bahagia sebagai manusia dan anggota masyarakat'. 

Dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara tentang Kodrat Anak, manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan ⟮rakyat⟯. Aplikasi dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara ini adalah dalam hal merdeka belajar, dimana siswa diberikan kebebasan dalam memilih sumber, media, dan cara belajar sesuai gaya belajarnya. 

Menurut Ki Hadjar Dewantara, salah satu kodrat anak adalah bermain. Bermain dapat menumbuhkan pikiran, perasaan, kemauan, dan tenaga ⟮cipta, rasa, karsa/karya, dan pekerti⟯ pada anak. Sehingga permainan dapat digunakan sebagai salah satu bagian dalam pembelajaran di sekolah. Aplikasinya dalam pendidikan saat ini adalah menerapkan permainan dalam pembelajaran, seperti congklak, gobak sodor, tebak-tebakan, dan kuis.

Ki Hadjar Dewantara menyatakan: "Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak". Arti kalimat ini adalah pendidikan yang berpihak pada anak, perndidikan yang berpusat pada anak. maksudnya adalah anak sebagai subyek pendidikan, guru mengarahkan anak sesuai potensinya.

Dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Bukan Tabula Rasa, yaitu 'Anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa'. Sangat jelas bahwa anak sudah memilii potensi di dalam dirinya, baik potensi yang luhur maupun yang buruk. Tugas guru adalah memunculkan potensi yang luhur agar terlihat jelas, dan potensi yang buruk menjadi kabur/samar bahkan tidak nampak.

Dasar pendidikan Ki Hadjar Dewara tentang budi pekerti, “Budi pekerti, watak, karakter adalah bersatunya ⟮perpaduan harmonis⟯ antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat. Contoh kegiatan yang mampu menuntun tumbuhnya budi pekerti adalah menabuh gamelan dan menenun.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidik ibarat petani. Ia dapat memelihara tumbuhnya benih dengan cara mengolah tanah, mengairi, memupuk, dan menghilangkan hama, sehingga tanaman tumbuh subur, berbunga, kemudian berbuah. Maknanya, pendidik dapat mengupayakan tumbuhnya budi pekerti dan pengetahuan anak sebaik-baiknya, dengan menerapkan metode pendidikan. Petani tidak dapat mengubah suatu benih menjadi tanaman lain, maknanya pendidik tidak dapat mengubah anak menjadi bukan dirinya sendiri, tetapi anak mesti tumbuh sesuai potensinya.

Inti pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan adalah 'menuntun', dilaksanakan dengan pendidikan yang kolaboratif, kritis, kreatif, inovatif, komunikatif, dan reflektif. Sementara 'selamat dan bahagia' diartikan sebagai wellbeing, yaitu keadaan yang memiliki rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental serta menjaga kualitas hidup yang baik.

Pesan kunci pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan adalah: Guru dan murid berkolaborasi untuk menginisiasi/menciptakan kedalaman ⟮rasa takdjub dan kasmaran⟯ spiritual, intelektual dan sosial untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia.

Post a Comment for "Tulisan Reflektif Personal-Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara"