Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Eksplorasi Konsep-Komunikasi yang Memberdayakan

 

Eksplorasi Konsep-Komunikasi yang Memberdayakan
Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  1. CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang Komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar melakukan coaching
  2. CGP dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang efektif dalam melakukan pendekatan coaching pada murid

A. Komunikasi Asertif

Dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, tidak selalu apa yang kita harapkan akan berjalan dengan lancar. Ada saja hambatan yang datang dan seringkali hasil komunikasi tersebut tidak dapat memuaskan semua orang. Hal ini dapat terjadi karena sikap berkomunikasi yang berbeda satu sama lain, dan tidak semua orang dapat secara mudah mengungkapkan apa yang ada di benaknya dengan tepat. Kita perlu memahami tipe umum manusia berkomunikasi agar kita dapat memberikan respon yang tepat.

Video penjelasan tentang Komunikasi Asertif:

Berikut ini beberapa pertanyaan reflektif yang diajukan terkait video dan pengalaman CGP.

Apakah gaya komunikasi Anda? Mengapa Anda berpikir demikian?

Gaya komunikasi saya cenderung asertif. Saya berusaha untuk tidak mendominasi, sekaligus tidak pasif dalam berkomunikasi. Saya memiliki kepercayaan diri, berusaha mencari jalan tengah dalam berkomunikasi, mencari pendapat terbaik dalam menyelesaikan masalah. Dalam berkomunikasi, saya berupaya menyampaikan kebutuhan saya tanpa merusak relasi dengan orang lain. 

Langkah-langkah yang perlu dipelajari untuk menjadi komunikator yang asertif.

  1. Memiliki kepercayaan diri dalam berkomunikasi
  2. Mencari jalan tengah dalam menyelesaikan masalah.
  3. Proakttif dan ekspresif dalam menyampaikan pendapat, sehingga pesan disampaikan dengan jelas.
  4. Menyampaikan kebutuhan tanpa merusak relasi dengan orang lain
  5. Bertanggung jawab terhadap pemikiran dan perilaku
  6. Jujur menyampaikan pesan verbal dan non verbal dengan konsisten
  7. Apakah yang menjadi tantangan Anda dan apa yang perlu diusahakan dari diri Anda agar dapat melakukan komunikasi asertif?

Apakah yang menjadi tantangan Anda dan apa yang perlu diusahakan dari diri Anda agar dapat melakukan komunikasi asertif?

Tantangan saya adalah kadangkala tidak percaya diri dalam berkomunikasi, misalnya ketika berhadapan dengan guru senior, atasan, orang yang dikenal hebat, dan orang-orang yang baru dikenal. Saya juga kadang kurang proaktif dan ekspresif dalam berkomunikasi sehingga pesan yang saya sampaikan kurang jelas tersampaikan. Saya perlu banyak belajar dan berlatih cara berkomunikasi, menonton video, dan mencari inspirasi dari guru/tokoh yang mampu berkomunikasi secara asertif.

Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain.
Ketika melakukan kegiatan coaching, sebagai seorang coach kita biasanya menghendaki adanya hasil yang dicapai, namun ada kalanya coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun. Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun.Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung. Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan:

1.   Menyamakan kata kunci
Memperhatikan kata kunci dalam pembicaraan memberikan kesan penerimaan hubungan coach dan coachee. Disini awal keberhasilan coaching sebab coach dan coachee mampu menyesuaikan diri dan membangun relasi.
Kata-kata kunci biasanya merupakan kata-kata yang diulang-ulang atau ditekankan oleh coachee dan ini biasanya terkait dengan nilai kehidupan. Coach dapat menggunakan kata-kata kunci ini untuk membimbing coachee untuk mencapai tujuannya.
Sebagai contoh, jika murid menggunakan bahasa dan istilah kekinian dalam bercerita, kita dapat juga menggunakan istilah yang dipakai ketika kita bertanya untuk mengklarifikasi pernyataannya.
Percakapan 1
Murid  : “Bu, aku tuh kalau uda masuk kelas Pak Mato, pikiran tuh langsung ambyar..byar byar Bu.”
Guru    : “Oh demikian? Bisa kamu ceritakan ambyar yang bagaimana sehingga kamu sulit konsentrasi belajar di kelas?”
 
Percakapan 2
Murid  : “Pak, Timun selalu gitu deh. Lebay banget kalau uda ngomong. Saya makin lama uda gak nyaman mau main sama dia.”
Guru    : “Seberapa kecewanya kamu dengan lebaynya teman yang kamu ceritakan barusan?

2.  Menyamakan bahasa tubuh
Bahasa tubuh memainkan peran penting dalam komunikasi sebab hal ini dalam menentukan bagaimana rekan bicara kita akan menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Bahasa tubuh disini meliputi mimik wajah, suara, postur tubuh, ataupun gerakan tubuh lainnya.
Coach dapat memberikan tanda setuju secara tidak langsung pada apa yang disampaikan coachee dengan senyum atau dengan anggukan. Jika coachee kita sedang bersandar ke lengan kursi misalnya, coach juga dapat mengikuti gerakannya. Ketika coachee sedang bersemangat bercerita dan mencondongkan tubuhnya ke depan, kita juga usahakan  mengikutinya. Kegiatan penyamaan ini perlu dilakukan dengan halus dan tidak kentara agar coachee tidak merasa ditiru.

3. Menyelaraskan emosi
Setelah kata dan bahasa tubuh yang kita selaraskan, emosi pun perlu kita usahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya.
Contoh:
Murid : “Saya sudah gak bisa kerja sama Toni lagi Bu. Dia tidak pernah menerima ide yang saya berikan.”
Guru  : “Ya, Ibu dapat memahami perasaan kamu. Tidak semua orang dapat dengan mudah menerima pendapat orang lain.”
Komunikasi asertif membangun relasi. Relasi baik dan positif yang terbentuk akan menjadi modal utama dalam process coaching.

B. Pendengar aktif

Bacalah kutipan berikut ini. Tuliskan pemahaman Anda.

I know that you believe you understand what you think I said but I am not sure you realise that what you think you heard and it is not what I meant~ Alan Greenspan

⟮Saya tahu bahwa anda percaya diri bahwa anda memahami apa yang anda pikir saya katakan, namun saya tidak yakin bahwa anda menyadari bahwa apa yang anda pikir sudah didengar, dan ini bukanlah yang saya maksudkan).

Pemahaman saya pada kutipan di atas: Ketika saya mendengar perkataan seseorang, apa yang saya pahami dari pernyataan tersebut ternyata kurang tepat.  Demikian pula ketika saya berbicara pada seseorang, apa yang saya ucapkan kemungkinan akan disalahmengertikan oleh lawan bicara saya. 

Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengar. Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni murid kita. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
Terdengar mudah ya untuk dilakukan? Kita hanya perlu untuk duduk berhadapan dengan mereka dan mendengar apa yang mereka sampaikan. Namun apakah sungguh semudah itu? Dapatkah kita dengan sungguh mendengar mereka dan tidak mendengarkan apa yang ada dipikiran kita sendiri? Mari kita belajar lebih lanjut tentang kata kerja “mendengar” melalui tautan video berikut ini.

 

Setelah menonton video Mendengarkan aktif, apa yang Anda tangkap mengenai arti kata Mendengarkan ⟮listening)?

Mendengarkan berarti proses aktivasi saraf pendengaran yang dilakukan secara sadar dan bertujuan. Mendengarkan berarti memberi perhatian pada cerita dan bagaimana cerita tersebut disampaikan, memperhatikan pesan verbal dan non verbal, memerlukan konsentrasi. Mendengarkan sangat penting dalam mengelola hubungan dan mendidik, fokus pada makna pesan yang disampaikan lawan bicara, dan bagaimana meresponsnya. Mendengarkan juga bermakna menghormati orang yang berbicara dan memaknai pesan yang disampaikan. Ketika mendengarkan, kita harus memandang wajah dan mengadakan kontak mata. Mendengarkan harus dilakukan dengan kesungguhan hati, untuk membantu lawan bicara. Ketika mendengarkan, kita diharapkan membawa kebaikan dan mendengarkan hal baik.

Apa hambatan dari diri yang dapat membuat Anda tidak mendengarkan secara aktif?

Hambatan dari diri sehingga saya tidak mendengarkan secara aktif adalah mengangap hal yang disampaikan tidak penting, dan seringkali memandang subjektif orang yang berbicara.

Apa yang akan Anda lakukan untuk menghilangkan hambatan ini?

Saya harus belajar berempati, memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain, belajar mendengarkan tanpa memandang subjektif melihat siapa yang berbicara.

Ketika kita mendengarkan lawan bicara kita, hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain:

  1. Pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat
  2. Emosi dan perasaannya
  3. Pikirannya
  4. Bahasa tubuh dan mimik wajah
  5. Nila-nilai yang menghidupi diri mereka
  6. Usaha dan hasil yang dicapai
  7. Materi lainnya yang disampaikan

Tantangan kita ketika mendengarkan ada pada kemampuan kita menangkap pesan yang disampaikan lewat ragam gaya komunikasi mereka. Karenanya, kita juga perlu mengerti beberapa teknik mendengarkan aktif, sehingga kita mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan.

5 Teknik mendengarkan aktif:

1. Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan.
Pesan yang disampaikan bisa terkomunikasikan secara verbal maupun non-verbal. Karenanya, sebagai coach kita perlu fokus dan komitmen diri pada awal sesi untuk hadir sepenuhnya selama coaching berlangsung.

2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan.
Bahasa tubuh dan respon kita dapat secara efektif menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita bahwa kita memperhatikan setiap pesan yang disampaikan.
Contoh bahasa tubuh dan respon kecil yang menunjukkan bahwa seseorang mendengarkan secara aktif:
Respon singkat – ‘oh’ , ‘iya’, ‘hm…”
Anggukan kecil – tanda mengerti apa yang disampaikan
Raut wajah positif – senyum
Kontak mata – jaga kontak mata
Postur tubuh – condong ke arah rekan bicara kita dan hindari melipat tangan di depan dada
Gerakan tubuh – hindari menggoyangkan jari atau kaki

3. Menanggapi perasaan dengan tepat
Nada positif dan berikan afirmasi kepada apa yang disampaikan oleh rekan bicara kita. Fokus kepada masalah atau topik yang disampaikan.
Contoh: “Saya merasakan apa yang kamu alami saat ini.”, “Sepertinya kamu telah menangani masalahmu dengan cukup baik.”, “Saya kagum dengan usahamu.”

4. Parafrase
Ini digunakan ketika kita hendak menegaskan kembali makna pesan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat kita sendiri.
Contoh:
Murid: “Saya kecewa orang tua saya tidak pernah mau mengurusi sekolah saya.”
Anda: “Jadi kamu merasa kecewa sama Bapak Ibumu karena mereka tidak acuh dan tidak mengurusi sekolah mu ya?”

5. Bertanya
Pendengar aktif akan mengajukan pertanyaan untuk mendorong lawan bicaranya menguraikan lebih lagi keyakinan atau perasaannya. Pada saat inilah diperlukan keterampilan bertanya sehingga mampu menggali lebih dalam potensi yang dimiliki oleh rekan bicara kita. Bagian ini akan kita bahas pada aspek komunikasi yang memberdayakan berikutnya

C. Bertanya Efektif

Apa sulitnya ya bertanya? Tiap hari kita mengajukan pertanyaan, baik kepada orang lain di sekeliling kita dan kepada diri kita sendiri. Coba kita pikirkan bersama, mengapa keterampilan bertanya perlu untuk dipelajari?

Dalam melaksanakan coaching ketrampilan kunci yang diperlukan adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang yang coach tidak sekedar berupa respon pendek atau respon ya dan tidak. Pertanyaan seorang coach diharapkan ‘ dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri.
Mari kita simak video pada tautan berikut.

Selanjutnya, buatlah 2 contoh dari masing-masing jenis pertanyaan efektif berikut.

Pertanyaan terbuka

  • Apa kendala yang kamu hadapi dalam mengerjakan tugas ini?
  • Mengapa kamu melakukan hal ini?

Pertanyaan yang fokus pada tujuan

  • Coba sebutkan apa targetmu pada akhir semester ini?
  • Apa saja yang sudah kamu lalukan dalam menyelesaikan proyek ini?

Pertanyaan refleksi

  • Dari yang sudah kamu lakukan dalam mengerjakan proyek, apa yang dapat kamu lakukan agar proyekmu dapat mencapai hasil yang optimal?
  • Apa kekuatan yang kamu miliki dalam mencapai target akhir semester tersebut?

Pertanyaan eksplorasi

  • Berdasarkan alternatif yang kamu sampaikan, apa yang berbeda dari alternatif yang sudah ada?
  • Apa yang akan terjadi jika kamu memilih alernatif pertama?

Pertanyaan mengukur pemahaman

  • Coba jelaskan lebih jauh, apa yang kamu pahami dari proyek yang kamu rancang?
  • Berdasarkan hasil pengamatanmu, apa tantangan yang kamu hadapi saat ini?

Pertanyaan aksi

  • Coba sebutkan apa saja yang akan kamu lakukan untuk menyelesaiakn proyek ini?
  • Apa kriteria keberhasilan dari proyek ini?

Setelah Anda memahami dan mempraktekan cara membuat pertanyaan yang efektif, kita juga perlu tahu beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya kita hindari dalam proses coaching karena bentuk pertanyaan tersebut dapat menghambat keberhasilan coachee dalam proses coaching.

1. Pertanyaan tertutup

Jenis pertanyaan ini hanya akan membuat coachee menjawab dengan Ya dan Tidak, atau hanya berespon dengan 1 kata. Jika pertanyaan Coach seperti demikian maka pikiran coachee akan kurang atau bahkan tidak terstimulasi. Coachee akan mendapatkan hambatan dalam mengeksplorasi pilihan dan potensi mereka untuk bergerak maju dan membuat aksi.
Jika kita bertanya: “Apa kamu akan melanjutkan pendidikan ke universitas negeri?”, Murid kita akan cenderung menjawab ”Ya” atau hanya mengangguk.
Namun jika kita bertanya, “Apa yang sudah kamu rencanakan untuk studimu setelah lulus SMA?”, murid kita akan terstimulasi untuk memberikan jawaban yang terelaborasi.

2. Pertanyaan yang mengarahkan

Pertanyaan ini seperti menyiratkan jawaban yang kita harapkan keluar dari respon coachee. Kecenderungan seorang guru dalam bertanya adalah dengan memberikan arahan sehingga murid kita mampu menjawab sesuai yg diharapkan. Dalam menerapkan pendampingan dengan pendekatan  coaching di sekolah, peran yang sedemikian harus kita tanggalkan.
Ingat bahwa dalam coaching, tugas coach adalah memfasilitasi coachee untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, bukan yang coach inginkan.
Contoh pertanyaan mengarahkan: “Sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan sosial yang kamu rancang.”
Pertanyaan alternatif: “Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita diskusikan saat ini, mana yang perlu kita bahas terlebih dahulu?”
Contoh lainnya: “Kamu tidak jadi mengambil kursus memasak kan?”
Pertanyaan alternatif: “Apa manfaat yang akan kamu dapat jika kamu mulai kursus memasak?”

D. Umpan Balik Positif

Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan.

Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi. Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek-aspek berikut ⟮Pramudianto, 2015):
1.    Langsung diberikan saat komunikasi.
Contoh: “Wah bagus ucapanmu yang baru saja kamu sampaikan.”
2.    Spesifik – fokus pada apa yang dikatakan
Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”
3.    Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan
Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa mendapatkan alternatif dari situasi ini.”
4.    Apresiasi – menyertakan motivasi positif
Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan tantangan ini.”

Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan ⟮empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan sendiri ⟮Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi keunikan coaching.

Demikian materi dan jawaban pertanyaan dalam Eksplorasi Konsep-Komunikasi yang Memberdayakan. Semoga bermanfaat.

Sumber: Modul Pendidikan Guru Penggerak

Post a Comment for "Eksplorasi Konsep-Komunikasi yang Memberdayakan"